| Home | About Me | Download Video YouTube |
| Join my Forum |


Welcome To Mas Izzat's Blog


Monday, December 1, 2008

Ayah, kasih sayang yang tak terlihat

RENUNGKANLAH CERITA INI
Terakhir Ayah mengunjungi saya, meninggalkan beban dosa yang menggelayut di leher, hingga kadang membuat saya susah bernafas. Permohonan ampun dan maaf yang selalu saya ulang setiap kali berkomunikasi, seakan tidak pernah meyakinkan hati saya jika Ayah sudah benar-benar memaafkan.

Beliau berkunjung sekaligus untuk berobat. Infeksi paru-paru karena digerogoti bakteri tbc memang membutuhkan waktu yang sedikit lama dan kontiniu. Paling tidak sekitar 6 bulan, kata seorang dokter RS Husada-Jakarta.Baru berjalan tiga bulan dan merasa keadaan sudah jauh lebih baik, ayah minta pulang dengan alasan homesick. Dia ingin melanjutkan pengobatan di kampung yang juga diperbolehkan oleh dokter yang merawatnya. Saya sudah tidak memiliki alasan untuk menahannya lebih lama.

Saat itu saya kesal. Saya ingin paru-paru Ayah benar-benar sudah pulih saat beliau pulang. Sayang, Ayah sama kerasnya dengan saya. Kepala batu. Hingga keluarlah ucapan yang sampai saat ini jadi beban berat itu.“Ya udah…kalo udah gak bisa dibilangin. Besok-besok kalo ada apa-apa jangan ngeluh-ngeluh ke saya lagi ya….”Itu kalimat yang membuat hubungan kami sedikit beku hingga keesokan hari beliau terbang. Saya dan adik mengantarkan ke bandara dalam suasana bisu. Saya masih berharap beliau urung pulang. Di bandara saya lebih banyak diam. Adik saya pun seperti mengerti situasi. Dia juga banyak diam. Setiap Ayah mencoba membuka pembicaraan selalu saya tanggapi dengan ketus sebagai ungkapan kekesalan. Adik saya cuma bisa melotot. Sekilas saya mencuri pandang wajah ayah yang begitu teduh. Ada rasa iba dan ingin memeluknya. Tapi ego saya lebih kuat mencengkeram hati.

Saat check in, hati saya luluh. Pupus sudah harapan untuk menahan beliau. Saya memeluk dan menciumi pipi beliau. Mata saya berkaca-kaca. Beliau juga.

Sampai sekarang saya selalu meminta ampun atas kejadian itu. Dan berulangkali pula ayah meyakinkan saya kalau semua baik-baik saja. Ada perkataan beliau yang selalu saya ingat.“passya…orang selalu memuji dan mengagungkan betapa mulianya hati dan cinta seorang Ibu terhadap anaknya, namun sebenarnya hati seorang ayah tidak kalah. Ibu dan ayah hanya berbeda dalam mengungkapkan perasaannya. Kamu laki-laki, suatu ketika nanti akan merasakan….”

I miss you, Dad!!
Sumber : Passya

2 comments:

pramudita said...

tak ada orang tua yang menaruh dendam kepada anaknya....
jadi ingat orang tua nih....:-(

Lazuardi Ansori said...

jadi ingat ayahku..........